Battered child syndrome
-
Robi Maulana - 12 Mar, 2022
Definisi dari Battered child syndrome
Battered child syndrome adalah kondisi medis yang merujuk pada cedera fisik dan emosional yang dialami anak-anak akibat kekerasan yang berulang atau terus-menerus oleh orang tua atau pengasuh. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli radiologi Dr. C. Henry Kempe pada tahun 1962 untuk menggambarkan pola cedera yang tidak konsisten dengan penjelasan kecelakaan normal. Cedera ini sering kali mencakup patah tulang, luka memar, dan cedera internal yang disebabkan oleh perlakuan kasar.
Definisi Battered child syndrome menurut para ilmuwan
Menurut Dr. C. Henry Kempe (1962)
Dr. C. Henry Kempe adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini melalui studinya yang menunjukkan bahwa banyak anak-anak dengan cedera fisik yang serius sebenarnya menjadi korban kekerasan yang disengaja oleh orang dewasa di sekitar mereka.
Menurut Gelles dan Straus (1979)
Gelles dan Straus menjelaskan bahwa battered child syndrome sering terjadi dalam keluarga di mana kekerasan adalah bagian dari dinamika hubungan, dan anak-anak menjadi korban paling rentan dari pola perilaku ini.
Menurut John Bowlby (1969)
John Bowlby, seorang psikolog perkembangan, menyatakan bahwa anak-anak yang menjadi korban kekerasan fisik sering kali mengembangkan gangguan attachment yang serius, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan.
Menurut Danya Glaser (2002)
Danya Glaser meneliti dampak psikologis dari battered child syndrome, menunjukkan bahwa anak-anak ini sering mengalami masalah emosional jangka panjang, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan depresi.
Menurut Suzanne Leeb (2017)
Suzanne Leeb dalam penelitiannya menyatakan bahwa anak-anak yang menderita battered child syndrome memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku agresif atau menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.
Contoh kasus
Kasus A
Seorang anak berusia 5 tahun dibawa ke rumah sakit dengan patah tulang yang tidak konsisten dengan penjelasan orang tuanya. Setelah penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa anak tersebut telah menjadi korban kekerasan fisik berulang oleh ayahnya.
Kasus B
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun yang sering absen dari sekolah ditemukan memiliki memar dan luka di seluruh tubuhnya. Setelah diinterogasi, dia mengungkapkan bahwa dia dipukul secara rutin oleh ibunya sebagai “hukuman.”
Kasus C
Seorang remaja laki-laki yang telah mengalami kekerasan fisik dari orang tuanya selama bertahun-tahun mulai menunjukkan perilaku agresif terhadap teman-teman sekelasnya, memperlihatkan siklus kekerasan yang dipelajarinya dari rumah.
Kasus D
Seorang anak yang sering mengalami cedera fisik tanpa alasan yang jelas diidentifikasi oleh guru sekolahnya sebagai korban battered child syndrome setelah melihat pola cedera yang mencurigakan dan melaporkannya kepada pihak berwenang.
Istilah terkait
- Child abuse
- Physical abuse
- Emotional abuse
- Neglect
FAQs mengenai Battered child syndrome
Apa itu battered child syndrome? Battered child syndrome adalah kondisi di mana seorang anak mengalami cedera fisik dan emosional akibat kekerasan berulang yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh.
Bagaimana cara mengenali battered child syndrome? Battered child syndrome dapat dikenali melalui tanda-tanda fisik seperti memar, patah tulang, dan cedera internal yang tidak sesuai dengan penjelasan kecelakaan normal, serta perubahan perilaku anak yang mencurigakan.
Apa dampak jangka panjang dari battered child syndrome? Anak-anak yang mengalami battered child syndrome sering kali menghadapi masalah emosional dan psikologis jangka panjang seperti PTSD, depresi, dan masalah dalam hubungan interpersonal.
Siapa yang berisiko mengalami battered child syndrome? Anak-anak dari keluarga yang memiliki riwayat kekerasan atau di mana orang tua mengalami tekanan emosional yang tinggi lebih berisiko mengalami battered child syndrome.
Bagaimana cara mencegah battered child syndrome? Pencegahan bisa dilakukan melalui edukasi orang tua, dukungan sosial, dan pengawasan ketat dari pihak sekolah atau layanan sosial untuk mendeteksi tanda-tanda awal kekerasan.
Apa peran guru dan tenaga medis dalam mendeteksi battered child syndrome? Guru dan tenaga medis berperan penting dalam mendeteksi tanda-tanda kekerasan fisik pada anak dan melaporkannya kepada pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
Apakah battered child syndrome hanya melibatkan kekerasan fisik? Meskipun istilah ini terutama merujuk pada cedera fisik, anak-anak yang mengalami kekerasan emosional juga dapat mengalami dampak serupa yang mempengaruhi perkembangan psikologis mereka.
Bagaimana cara melaporkan kasus battered child syndrome? Jika dicurigai adanya kasus battered child syndrome, segera laporkan kepada pihak berwenang seperti polisi, layanan sosial, atau tenaga medis untuk penyelidikan lebih lanjut.
Apakah anak-anak dengan battered child syndrome dapat pulih sepenuhnya? Dengan intervensi yang tepat, termasuk terapi psikologis dan dukungan sosial, banyak anak yang mengalami battered child syndrome dapat pulih dan menjalani kehidupan yang sehat.
Bagaimana dampak battered child syndrome terhadap perkembangan anak? Battered child syndrome dapat menghambat perkembangan fisik, emosional, dan sosial anak, membuat mereka lebih rentan terhadap masalah psikologis di masa dewasa.
Referensi Battered child syndrome
- Kempe, C. H., Silverman, F. N., Steele, B. F., Droegemueller, W., & Silver, H. K. (1962). The battered-child syndrome. JAMA, 181(1), 17-24.
- Gelles, R. J., & Straus, M. A. (1979). Violence in the American family. Journal of Social Issues, 35(2), 15-39.
- Bowlby, J. (1969). Attachment and loss: Vol. 1. Attachment. Basic Books.
- Glaser, D. (2002). Emotional abuse and neglect (psychological maltreatment): A conceptual framework. Child Abuse & Neglect, 26(6-7), 697-714.
- Leeb, S. (2017). Long-term consequences of child abuse and neglect on adult economic well-being. Pediatrics, 139(Supplement_1), S56-S62.
- Wolfe, D. A. (1999). Child abuse: Implications for child development and psychopathology. Sage Publications.
- Straus, M. A., & Gelles, R. J. (1990). Physical violence in American families. Transaction Publishers.
- Herman, J. L. (1992). Trauma and recovery: The aftermath of violence—from domestic abuse to political terror. Basic Books.
- Widom, C. S. (1989). The cycle of violence. Science, 244(4901), 160-166.
- Finkelhor, D., & Browne, A. (1985). The traumatic impact of child sexual abuse: A conceptualization. American Journal of Orthopsychiatry, 55(4), 530-541.