Tim dengan Orientasi Jelas, Pembelajar atau Performa, Berkinerja Lebih Baik

Tim dengan Orientasi Jelas, Pembelajar atau Performa, Berkinerja Lebih Baik

Pernah enggak sih kamu merasa tim kamu di kantor itu sibuk banget, tapi kok rasanya muter-muter di situ aja? Disuruh “inovasi dan deliver,” disuruh “cepat dan akurat.” Akhirnya, semua bingung: kita ini sebenarnya disuruh ngapain? Kalau pernah, kamu enggak sendirian. Banyak tim di luar sana yang terjebak dalam dilema ini. Manajemen berharap tim bisa ngejar dua hal sekaligus: performa yang flawless sekarang, tapi juga belajar dan terus berkembang untuk masa depan. Rasanya kayak disuruh lari dan terbang di waktu yang bersamaan! 🏃💨

Lalu, apa kata para ahli? Sebuah penelitian di sebuah perusahaan hipotek besar di Amerika Utara yang melibatkan 109 tim punya jawaban mengejutkan: mengejar dua tujuan ini bersamaan justru bikin tim jadi paling tidak efektif!

Kok bisa ya?

Dalam dunia psikologi industri dan organisasi, motivasi kerja adalah dorongan di balik setiap tindakan yang kita lakukan. Dorongan ini bisa terlihat dari seberapa jelas kita memilih tugas (direction), seberapa keras kita berusaha (intensity), dan seberapa lama kita bertahan (persistence). Nah, motivasi ini bisa dibagi menjadi dua orientasi utama saat tim kita diberi target.

  • Performance-goal orientation: Ini adalah orientasi di mana tim fokus untuk mencapai hasil. Tujuannya jelas: mencapai target, memenuhi standar kualitas, dan menghindari kesalahan. Tim seperti ini termotivasi oleh pengakuan, bonus, dan pencapaian angka-angka yang terlihat. Kalau tim kamu fokus pada penjualan, misalnya, ini adalah orientasi yang tepat. Mereka tahu persis apa yang harus mereka kejar: target yang spesifik, terukur, dan menuntut presisi.

  • Learning-goal orientation: Ini adalah orientasi yang fokus pada pembelajaran dan pengembangan. Tujuannya bukan semata-mata soal hasil, tapi lebih ke penguasaan keterampilan baru, eksplorasi ide, dan berani mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan. Mereka enggak takut gagal karena kegagalan dianggap sebagai bagian dari proses belajar. Tim yang punya orientasi ini akan berkembang pesat dalam situasi yang penuh ketidakpastian, seperti saat membuat produk baru atau masuk ke pasar yang belum pernah mereka jelajahi.

Jadi, apa hubungannya sama kinerja tim? Penjelasannya gampang: ketika tim kamu fokus pada salah satu orientasi ini, mereka akan merasa punya tujuan yang jelas (dalam psikologi disebut task meaningfulness). Tujuan yang jelas ini yang bikin anggota tim lebih terlibat, punya energi tinggi, dan akhirnya menghasilkan kinerja yang superior.

Jadi, apa saja sih kesimpulan utama dari riset ini?

  • Dua Tujuan Berarti Kebingungan. Tim yang disuruh mengejar learning sekaligus performance cenderung bingung dan akhirnya enggak maksimal di keduanya. Mereka jadi ragu-ragu untuk mengambil risiko karena takut performanya jeblok, tapi juga malas mengejar target karena merasa harus “bereksperimen”. Ambigu ini merusak motivasi dan rasa makna dalam pekerjaan.

  • Satu Tujuan, Kinerja Optimal. Tim yang fokus pada salah satu orientasi—baik itu learning atau performance—punya tujuan yang jelas dan konsisten. Tujuan yang jelas ini membuat mereka lebih bersemangat, punya moral yang kuat, dan akhirnya berhasil mencapai hasil yang lebih baik. Rasa makna dan tujuan inilah yang jadi prediktor kuat dari kinerja tim. Lalu, gimana sih kita bisa menggunakan temuan ini dalam kehidupan sehari-hari? Kalau kamu seorang pemimpin, kuncinya adalah memberikan arahan yang jelas.

  • Pilih satu orientasi yang dominan dan komitmen. Kalau tim kamu perlu berinovasi, pilih learning-goal orientation. Rayakan eksperimen, apresiasi ide kreatif, dan jangan pusing kalau ada kegagalan jangka pendek. Sebaliknya, kalau tim kamu perlu menjaga kualitas atau memenuhi target, pilih performance-goal orientation. Tetapkan metrik yang jelas dan beri apresiasi untuk konsistensi dan efisiensi.

  • Selaraskan komunikasi, coaching, dan hadiah. Jangan bilang tim untuk “ambil risiko” kalau sistem evaluasi kamu cuma melihat output dan menghindari kesalahan. Pesan yang campur aduk ini cuma akan menciptakan dissonansi, di mana anggota tim enggak tahu perilaku mana yang sebenarnya diharapkan.

Ingat, kamu enggak bisa menyetel dua alat musik dengan dua kunci nada berbeda. Kamu harus memilih satu. Dengan memberikan satu arah yang jelas, tim kamu akan menemukan makna dalam pekerjaan, bekerja sama dengan lebih efektif, dan mencapai hasil yang benar-benar luar biasa! Jadi, sebelum rapat strategi berikutnya, coba tanyakan pada dirimu sendiri: tim seperti apa yang ingin kamu bangun?